Om Swasti Astu, Om
Awiganm Astu Nama Sidam
Om sukham bhuantu,
sriam bhuantu, purnam kasama sampurna yanamah
Bapak,
ibu dan saudara-saudara umat Sedharma yang saya muliakan. Seyogianyalah kiat
senantiasa mengahturkan sujud bakti kita kehdapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
atas Asung Kerta Waranugraha beliau, kita dapat berkumpul dalam melaksanakan
Utsawa Dharma Gita. Dalam kesempatan yang berbahagia ini saya menyampaikan
Dharma Wacana dengan judul :
“Swadharma
Ibu Dalam Keluarga Hindu”
Ibu
adalah wanita yang memiliki sifat utama, mulia dan suci yang patut dihormati
dan di utamakan. Ibu mempunyai beberapa dharma dalam kehidupannya yang
ditimbulkan akibat dari kodratnya, yaitu:
·
Jati Dharma adalah
dharma yang dianut menurut kelahirannya.
·
Kula Dharma yaitu dharma
yang dianut menurut keluarganya.
Ibu
dalam keluarga yang dikaitkan dengan Swadharmanya, erat hubungannya dengan Kula
Dharma, karena ibu sudah mempunyai Swadharma sebagai ibu dari keluarga yang
nantinya akan dihadapkan dengan berbagai macam peranan-peranannya.
Dalam
keluarga hindu ibu memiliki tugas-tugas sebagai berikut:
·
Ibu Pendamping Suami
·
Ibu Penerus Keturunan
·
Ibu Sebagai
Penyelenggara Aktivitas Agama
1 Ibu
Pendamping Suami
Kesetiaan pada suami yang diamalkan
dalam pengabdiannya, ibu dapat menjadi teman terdekat yang paling setia dan
memberikan dorongan positif kepada suaminya. Sebagai pengamalan dari rasa cinta
kasihnya seperti apa yang tercantum dalam kitab suci Slokantara (Sloka 2)
disebutkan :
Kupacatad
wai paraman saropii
Saran
catad wai paramo’pi yajnah
Yajna
catad wai paramo’pi putrah
Putra
catad wai paraman hi satyam
Artinya
:
Membuat
telaga untuk umum itu lebih baik dari pada menggali seratus sumur
Melakukan
yadnya (korban suci) itu lebih tinggi mutunya dari pada membuat seratus telaga
Mempunyai
seorang putra itu lebih berguna dari pada melakukan seratus yadnya
Dan
menjadi manusia setia itu jauh lebih tinggi mutu dan gunanya dari pada
mempunyai seratus putra.
Dari
sloka ini dijelaskan bahwa kesetiaan ibu kepada suami sebagai barometer untuk
keluarga yang harmonis, ibu yang mendampingi suami dalam suka dan duka. Unsur
kesetiaannya juga diamalkan dalam peranannya sebagai pendorong dalam
meningkatkan semangat hidup untuk beryadnya. Karena hidup ini sebenarnya
merupakan yadnya.
2. Ibu
penerus keturunan
Ibu memiliki kodrat dalam kehidupannya
yang telah ditakdirkan oleh Sang Hyang Widhi Wasa sebagai sumber kelahiran
manusia yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa. Dengan cinta kasih
dan segenap jiwaraganya ibu menjaga kita, merawat kita dari dalam kandungan
hingga kita lahir, anak-anak dan menjadi dewasa. Karena itu merupakan tugas
suci yang bersifat mulia. Ibu juga bertanggung jawab penuh mendidik anak karena
dari setia dan cintanya terlahirlah anak sebagai penerus keturunaan. Seperti
yang dinyatakan dalam pustaka suci Manusmerti XI sloka 27 :
Utpadanam apatyasya
jatasya paripalanam
Paratyaham lokayatrayah
prtyaksam strinirbandhanam.
Artinya :
Melahirkan anak,
memelihara yang telah lahir, lanjutnya peredaran dunia, wanitalah yang menjadi sumbernya.
Dengan
berpedoman pada sloka tersebut sangat jelas bahwa ibu memiliki kewajiban
sebagai sumber kelahiran manusia serta lanjut untuk memliharanya. Ibu juga
sebagai guru pertama yang mendidik kita mulai belajar duduk, merangkak,
berjalan, berbicara dan lain sebagainya. Cinta kasihnya yang menerangi seperti
pelita dalam kegelapan.
3. Ibu
sebagai penyelenggara aktivitas agama
Peranan ibu sebagai penyelenggara
aktivitas agama dalam keluarga hindu karena sebagian besar upakara dilaksanakan
oleh para wanita atau kaum ibi-ibu. Pelaksanaan upacara setiap hari atau
hari-hari besar keagamaan seperti yang tercantum dalam manawa dharma sastra bab
3 sloka 56 berbunyi:
Yatra nasyantu pujyante
Ramante tatra dewatah
Yatraitastu napujyante
Sarwastara phalah
kriyah
Artinya:
Dimana wanita
dihormati, disanalah para Dewa-Dewa merasa senang
Tetapi dimana mereka
tidak dihormati, tidak da upacara suci apapun yang akan berpahala
Apa
yang disabdakan dari sloka ini, pentingnya ibu untuk dihormati karena tanpa
rasa hormat semua upacara suci tak berpahala. Maka dari itu setiap ada upacara
keagamaan pasti ibu kita mulai akan sibuk mempersiapkan persembahan berupa
membuat jajan, mejejahitan, metanding (mengatur semua upakara menjadi banten),
dan mempersembahkannya hingga selesai. Karena upacara merupakan suatu kegiatan
manusia menghubungkan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa melalui suatu
persembahan berupa yadnya.
Bapak,
ibu dan saudara-saudara umat sedharma yang saya muliakan, dari uraian yang
berhubungan dengan swadharma ibu dalam keluarga hindu sepatutnyalah kita
sebagai putra putri yang terlahir dari ibu mampu menggunakan kecerdasan yang
paling utama untuk menjadi anak yang suputra, berbakti kepada guru rupaka kita.
Merawat mereka saat mereka saat mereka tua dan melaksanakan upacara pitra
yadnya sebagai ucapan terima kasih kita kepada orang tua yang telah melahirkan
dan merawat kita sampai sekarang. Karena bagaimanapun kita berterima kasih
hutang budi kita masih besar belum dapat kita bayar kepada orang tua kita
terutama kepada ibu yang telah mempertaruhkan jiwanya, Yang bergantung pada
sehelai rambut pada saat melahirkan kita yang merupakan kodratnya sebagai
wanita.
Demikianlah
dharma wacana yang dapat saya sampaikan dan saya akhiri dengan “om matra hinam,
kriya hinam, bhakti hinam, janadhanam yapujitam maya dewam paripurnam tat
astume”
Om
santi santi santi om